Rapalan Enam Dewa (Sandi Enam Orang Suci)
Rapalan
6 Dewa berasal dari tanah India berdasarkan pemahaman ajaran
Buddhisme tentang 6 dewa suci. Jurus diciptakan oleh murid Sidharta
yang bernama Se Hwa Shen Chen pada masa 300 tahun sebelum masa Dinasti
Tang. Di kala itu, Kaum sesat Brahmana telah dibasmi dari tanah Tian
Chu (India). Sang ketua brahmana, Mo A Ka Lo beserta ketiga muridnya
melarikan diri hingga ke Cina. Agar ajaran sesat Brahmana tidak
menyebar hingga ke Daratan Cina, Se Hwa Shen Chen diutus untuk mengejar
dan menghadapi Mo A Ka Lo. Se Hwa Shen Chen akhirnya tiba di daerah
suku Nan Mang yang berada di pinggiran daratan Cina. Di sana, Se Hwa
Shen Chen mendapati daerah tersebut terjangkit oleh penyakit yang telah
merenggut banyak korban. Dirinya menghentikan pengejaran dan tinggal
daerah Nan Mang demi mengobati penduduk dari wabah penyakit.
Belakangan Se Hwa Shen Chen mendengar kabar bahwa Mo A Ka Lo telah
dikalahkan oleh seorang pendekar aliran Toisme; Kuo Sweng Yang, yang
merupakan ketua Chen Yu Tao di masa itu. Se Hwa Shen Chen pun menetap
di Nan Mang dan mengajari penduduknya bercocok tanam serta Jurus
Rapalan 6 Dewa. Semenjak itu, Rapalan 6 Dewa mulai berakar di Nan
Mang.
Setelah
3 generasi berlalu, Rapalan 6 Dewa jatuh ke tangan ketua Brahmana
yang baru; Mo A Ye. Pemahaman tentang 6 dewa sejati pun mulai berubah
berdasarkan pemahaman Brahmana akan kesenangan duniawi. Jurus ini pun
akhirnya berkembang sebagai jurus andalan dalam Aliran Brahmana. Mo A
Ye mewariskan Rapalan 6 Dewa kepada kelima muridnya, setiap orang
menguasai satu bentuk rapalan jurus.
Rapalan
6 Dewa, adalah jurus pertama yang dikuasai oleh Lie Se Min; sang
kaisar perintis Dinasti Tang sebelum dirinya menguasai 4 jurus tapak
Buddha. Lie Se Min awalnya mempelajari jurus Rapalan 6 Dewa dari
gemblengan keras Mo A Ye, namun pemahaman jurusnya akan 6 dewa sejati
semakin berkembang ketika dirinya tiba di daerah suku Nan Mang.
Penguasaan Rapalan 6 Dewa tergantung dari bakat dan kemampuan setiap
manusia. Karena sulit untuk dilatih, umumnya setiap orang hanya
menguasai satu rapalan, seperti halnya kelima pengikut Mo A Ye dan
keluarga penjaga Pelindung Penakluk Iblis dari suku Nan Mang. Bahkan Mo
A Ka Lo yang merupakan ketua Brahmana terdahulu hanya meguasai 4
rapalan jurus. Hanya Mo A Ye dan Lie Se Min, guru murid yang menguasai
Rapalan 6 Dewa secara lengkap dan sempurna. Meski masih kalah dari
kekuatan jurus Sakti Tapak Buddha, Rapalan 6 Dewa tetaplah jurus yang
dasyat. Sesuai dengan namanya, Rapalan 6 Dewa terbagi menjadi 6 bentuk
rapalan jurus. Setiap jurus memiliki kekuatan dan keunikan tersendiri
yang terkandung dalam setiap pengerahannya;
Rapalan
Pertama; Penguraian Vajra (Bom Pembongkar); Kuat dan solid bagai
penusuk bermata berlian. Jurus yang mengandalkan tenaga dan daya serang
yang besar. Bahkan Perisai Lonceng Emas akan kesulitan menahan daya
penghancur jurus ini jika belum mencapai tahap 10. selain untuk
menyerang, teknik pengerahan penguraian Vajra dapat juga dipakai untuk
menetralisir racun dari dalam tubuh.
Rapalan
Kedua; Pengikisan Arhat (Tenaga Lou Han); kuat dan lembut sanggup
melenyapkan benda berat. Mengerahkan energi pelindung yang lembut namun
kuat. Mamapu menetralisis dan mengikis serangan keras serta
memanfaatkan tenaga lawan untuk menyerang balik.
Rapalan Ketiga; Kecepatan Dewa Guntur (Kilatan Dewa Guntur) ; selincah secepat kilat dan guntur. Pengguna jurus ini dapat bergerak secepat kilat bagaikan dewa guntur, sehingga waktu pun seolah bagai terhenti.
Rapalan Keempat; Pemusnahan Bodhisatva (Rapalan Bodhisatva); melibas bagai api melebur logam. Memiliki daya panas dasyat bagaikan api yang mampu melebur logam baja.
Rapalan Kelima; Pengacauan Guang Yin (Bayangan Ganda); Seribu tangan menyerang bersama mengaburkan wujud. Melontarkan puluhan pukulan dalam setarikan nafas dengan kombinasi serangan yang tak terhitung seakan-akan bagai Guang Yin dengan selaksa tangan.
Rapalan Keenam; Penghancuran Tatagatha (Telapak Tangan Buddha); Mengguncang bumi langit, terkuat dari keenam rapalan. Serangan telapak dengan daya hancur yang dasyat. Merupakan paling kuat dari kelima rapalan lainnya.
Rapalan 6 Dewa kembali ditemukan oleh seorang pendekar yang merupakan ketua generasi pertama dari Aliran Sakti. Namun meski memahami sandinya ia tak mampu menguasai jurus Rapalan 6 Dewa. Pendekar tersebut menetap di Jepang dan mendirikan Aliran Sakti yang akhirnya berakar di sana. Meski telah melalui beberapa generasi, semenjak ditemukan oleh ketua generasi pertama, belum ada seorang pun dari anggota Aliran Sakti yang menguasai Jurus Rapalan 6 Dewa.
Rapalan Ketiga; Kecepatan Dewa Guntur (Kilatan Dewa Guntur) ; selincah secepat kilat dan guntur. Pengguna jurus ini dapat bergerak secepat kilat bagaikan dewa guntur, sehingga waktu pun seolah bagai terhenti.
Rapalan Keempat; Pemusnahan Bodhisatva (Rapalan Bodhisatva); melibas bagai api melebur logam. Memiliki daya panas dasyat bagaikan api yang mampu melebur logam baja.
Rapalan Kelima; Pengacauan Guang Yin (Bayangan Ganda); Seribu tangan menyerang bersama mengaburkan wujud. Melontarkan puluhan pukulan dalam setarikan nafas dengan kombinasi serangan yang tak terhitung seakan-akan bagai Guang Yin dengan selaksa tangan.
Rapalan Keenam; Penghancuran Tatagatha (Telapak Tangan Buddha); Mengguncang bumi langit, terkuat dari keenam rapalan. Serangan telapak dengan daya hancur yang dasyat. Merupakan paling kuat dari kelima rapalan lainnya.
Rapalan 6 Dewa kembali ditemukan oleh seorang pendekar yang merupakan ketua generasi pertama dari Aliran Sakti. Namun meski memahami sandinya ia tak mampu menguasai jurus Rapalan 6 Dewa. Pendekar tersebut menetap di Jepang dan mendirikan Aliran Sakti yang akhirnya berakar di sana. Meski telah melalui beberapa generasi, semenjak ditemukan oleh ketua generasi pertama, belum ada seorang pun dari anggota Aliran Sakti yang menguasai Jurus Rapalan 6 Dewa.
Rapalan 6 Dewa
kembali ditemukan oleh seorang pendekar yang merupakan ketua generasi pertama
dari Aliran Sakti. Namun meski memahami sandinya ia tak mampu menguasai jurus
Rapalan 6 Dewa. Pendekar tersebut menetap di Jepang dan mendirikan Aliran Sakti
yang akhirnya berakar di sana. Meski telah melalui beberapa generasi, semenjak
ditemukan oleh ketua generasi pertama, belum ada seorang pun dari anggota
Aliran Sakti yang menguasai Jurus Rapalan 6 Dewa.
jurus 6 Dewa (Hindia-Brahmana)
1) Bor Pembongkar
2) Tenaga Luo Han
3) Kilatan Dewa Guntur
4) Bayangan Ganda
5) Bodhisatva Pemusnah
6) Gempuran Ganesha
jurus 6 Dewa (Hindia-Brahmana)
1) Penguraian Vajra
2) Pengikisan Arhat
3) Kecepatan Dewa Guntur
4) Pengacauan Guang Yin
5) Pemusnahan Bodhisatva
6) Penghancuran Tatagatha
1) Bor Pembongkar
2) Tenaga Luo Han
3) Kilatan Dewa Guntur
4) Bayangan Ganda
5) Bodhisatva Pemusnah
6) Gempuran Ganesha
jurus 6 Dewa (Hindia-Brahmana)
1) Penguraian Vajra
2) Pengikisan Arhat
3) Kecepatan Dewa Guntur
4) Pengacauan Guang Yin
5) Pemusnahan Bodhisatva
6) Penghancuran Tatagatha
No comments:
Post a Comment